Mengenai Saya

Foto saya
Saya seorang ibu rumah tangga. Selain mengurus anak dan rumah tangga, Saya juga owner "Toko Sprei Waterproof Zilah" dan "Rumah sprei jakarta" Hub saya di : Sms/whatsapp/line/telegram 085283386280

Selasa, 26 Mei 2009

Bekerja dari rumah, Why not?

Banyak di antara kita yang berhenti bekerja begitu memiliki Si Kecil. Sebagian besar teman Anda mungkin akan menyayangkan keputusan Anda. Namun, percaya lah, Anda tidak mengambil keputusan yang salah. Anda bisa merasakan betul bagaimana merawat anak, tidak membiarkannya tumbuh besar dalam pengaruh pembantu rumah tangga atau baby sitter-nya, dan mampu mendukung penuh aktivitasnya.

Namun ketika anak sudah mulai bisa ditinggal, Anda mulai merasa kangen dengan dunia kerja. Di lain pihak, anak yang makin besar juga membutuhkan lebih banyak biaya. Dalam situasi ini, Anda mulai berpikir-pikir untuk bekerja di rumah supaya tetap dapat mengawasi anak. Banyakkah pekerjaan yang ditawarkan? Cukupkah hasil yang diperoleh untuk membiayai kebutuhan, dan bagaimana supaya target pekerjaan terpenuhi?

Bidang Pekerjaan

1. Anda yang pernah bekerja di media atau periklanan mungkin tidak akan begitu kesulitan mencari pekerjaan lagi. Anda bisa menjadi copywriter dan desainer freelance, menjadi kontributor di berbagai majalah, editor buku di penerbit, atau mewujudkan impian sebagai penulis novel. Jika sudah memiliki networking, menjadi freelancer bahkan bisa lebih sibuk daripada menjadi karyawan tetap. Anda bisa mengatur sendiri jumlah pekerjaan yang ditawarkan.

2. Manfaatkan kemampuan berbahasa asing Anda dengan melamar sebagai penerjemah buku-buku di penerbit, atau penerjemah subtitle di film-film asing di televisi. Anda bisa mengambil kursus lebih dulu, lalu menjalani ujian sebagai penerjemah bersertifikasi agar dapat bergabung dengan biro penerjemah.

3. Memberikan kursus baca-tulis untuk anak TK (boleh percaya boleh tidak, murid TK pun sudah mengikuti kursus sekarang ini!).

4. Jika Anda terbiasa dengan pekerjaan administratif, Anda bisa menjadi document typist atau data entry typist.

5. Senang memasak atau membuat kue? Ambillah kursus untuk menguasai teknik membuat kue-kue atau makanan lain yang sedang ngetren seperti cupcakes atau cookies. Buat blog, dan pamerkan karya Anda di sana.

6. Menjadi independent sales untuk produk kosmetik, obat-obatan, asuransi, dan banyak lainnya.

7. Membangun bisnis baru, seperti membuka butik, toko penyedia hadiah, tempat persewaan peralatan bayi (ajak teman-teman untuk mengumpulkan peralatan bayi bekas Si Kecil dulu), konsultan untuk home decoration (Anda bisa mengikuti kursusnya), penyelenggara dan pembuat konsep seminar, MLM, dan lain sebagainya. Untuk bisnis, bidangnya sangat luas. Akan lebih baik jika Anda mampu mengembangkan bidang yang belum banyak dimanfaatkan orang lain.

8. Jika Anda ingin pekerjaan yang bersifat sosial, bergabunglah dengan yayasan atau LSM untuk menjadi sukarelawan.

Membagi Waktu dan Menyesuaikan diri

Nikmati peran Anda. Saat menjalani pekerjaan atau bisnis yang baru tentu membutuhkan cukup banyak waktu untuk menyesuaikan diri. Nikmati saja saat-saat ini, apalagi setelah Anda lama tidak menyentuh pekerjaan.

Tentukan tujuan dan target Anda dalam bekerja. Hal ini akan membimbing Anda untuk fokus pada pekerjaan, dan tidak tergoda untuk terus-menerus mengikuti ajakan teman untuk bersenang-senang, atau lebih banyak bermain dengan anak.

Buat jadual kerja, dan patuhi. Anda bisa beristirahat saat anak Anda pulang dari sekolah, dan kembali bekerja saat anak tidur siang.

Informasikan pada keluarga dan rekan-rekan. Ibu-ibu rumah tangga biasanya belum mampu menerima ide tentang bekerja di rumah. Bila pekerjaan Anda memiliki deadline, sampaikan kepada keluarga atau rekan yang lain bahwa saat ini Anda harus betul-betul bekerja. Atur pertemuan pada saat Anda tidak sedang bekerja.

Sabar dan tidak putus asa. Jika membangun bisnis baru, Anda membutuhkan cukup waktu hingga bisnis bisa berjalan dengan lancar. Bersabarlah mengenai hasil yang ingin dicapai, dan jangan putus asa bila menghadapi kegagalan.

Sumber : kompas.com

Rabu, 13 Mei 2009

Hidup Adalah Pilihan

Ada 2 buah bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang yang subur. Bibit yang pertama berkata, "Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku."
Dan bibit itu tumbuh, makin menjulang.

Bibit yang kedua bergumam. "Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah di sana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku ke atas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman."
Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.
Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi, dan mencaploknya segera.

*Moral kisah*:
Memang selalu saja ada pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam kepesimisan, ketakutan, keraguan, dan kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alasan-alasan untuk tak mau melangkah, tak mau menatap hidup. Karena hidup adalah pilihan, maka hadapilah itu dengan berani. Dan karena hidup adalah pilihan, maka pilihlah dengan bijak.